Sabtu, 11 Desember 2010


entah kapan terakhir kali melihatnya. Kunang-kunang yang juga dikenal sebagai ‘firefly‘ atau ‘glowworm’ merupakan hewan yang unik, besarnya seperti lalat tapi mengeluarkan cahaya berkelip-kelip dari perutnya. Biasanya mulai terlihat di sore hari menjelang gelap.Ingatanku melayang saat aku pernah tinggal di kaki Gunung Lawu yang terletak di Jawa Tengah bagian timur dekat dengan perbatasan Jawa Timur. Kami memang pernah tinggal di sana karena ayah bekerja di perkebunan teh di situ. Letaknya yang cukup tinggi dari atas permukaan laut membuat daerah ini hawanya lumayan dingin persis seperti di puncak Bogor. Memang teh hanya bisa tumbuh baik di tempat yang berhawa dingin.

Rumah kami dikelilingi oleh kebun teh, setiap sore di halaman rumah yang luas dengan hamparan rumput hijau, anak-anak dari tetangga sekitar bahkan dari kampung sebelah biasa datang dan bermain denganku. Aku masih ingat wajah teman-temanku, anak-anak itu. Ada yang sepantaran denganku karena kita satu sekolahan ada juga yang lebih muda yang diajak teman-temannya yang lain yang satu kampung. Mereka memang bukan tipe anak-anak kota jaman sekarang yang necis dan wangi, bahkan seringkali mereka telanjang dada. Namun aku suka dengan mereka, penuh energi, polos dan ceria.

Permainanpun selalu digelar, macam-macam, untuk laki maupun perempuan, semua boleh ikut. Salah satunya yang paling sering dimainkan adalah ‘gobak sodor’ (orang Inggris bilang ‘go back to the door’) yaitu permainan yang dimainkan di atas petak segi empat memanjang dengan beberapa kolom di dalamnya, jumlah kolom tergantung pemain. Setiap kolom punya penjaga yang berdiri tepat di garis batas, tugasnya menjaga supaya pihak lawan tidak bisa masuk maupun keluar dari dalam kolom tersebut. Sementara pihak lawan harus berusaha memasuki semua kolom dan keluar dengan selamat tanpa kena sentuh tangan sang penjaga. Benar-benar menarik dan penuh energi permainan ini karena kita harus cekatan, ‘tricky’ dan sabar menanti saat yang tepat dimana penjaga lengah. Permainan yang lain misalnya, ‘boy’, ‘patangan’, ‘eglang’, ’suda manda’, ‘gundu’, dan banyak lagi. Aku sudah mulai lupa nama-nama permainannya.

Begitulah hari-hari kecilku yang diisi dengan bermain. Acara bermain biasanya usai sebelum maghrib. Nah menjelang maghrib itulah biasanya sang kunang-kunang bermunculan dan terbang kesana kemari dari balik daun-daun teh. Beberapa dari kita biasanya suka mengejar-ngejar kunang-kunang itu, ‘trus’ setelah tertangkap dimasukkan ke plastik untuk jadi mainan. Duh, malang benar nasib kunang-kunang yang dibuat mainan, tapi biasanya ’sih’ dilepas lagi.

Rindu rasanya ingin melihat kunang-kunang, dimana ya aku bisa melihatmu lagi? Sepertinya hanya di tempat-tempat tertentu saja kunang-kunang masih bisa kita jumpai dan tentu tidak di daerah perkotaan atau pemukiman yang kini makin mendominasi.

Semoga masih banyak anak-anak jaman sekarang yang masih bisa menikmati indahnya kunang-kunang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar